Selasa, 04 September 2012

Orang Tidak Tahu Apa yang Mereka Inginkan


Salah satu contoh yang dipaparkan penulis Malcolm Gladwell pada video di atas kira-kita seperti ini: jika orang ditanya saus spageti seperti apa yang dia paling sukai, orang hanya menyebutkan jenis saus yang dia ketahui. Anggaplah dari saus tipe A, B, dan C, dia menyebutkan tipe A. Tapi setelah orang tersebut diberikan beberapa jenis saus spageti untuk dicoba, termasuk jenis2 yang tidak dia ketahui sebelumnya (misalkan selain tipe A, B, dan C, juga diberikan tipe D, E, dan F) barulah ditemukan bahwa ternyata orang itu sangat menyukai saus tipe F.

Demikian juga pada proyek pengembangan sistem, pernahkah kita menemukan pernyataan-pernyataan kebutuhan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, yang ternyata sama persis dengan apa yang sebenarnya diinginkan? Sesuai perjalanan waktu, setelah sistem tersebut sedikit demi sedikit dibangun, seringkali terjadi atau mungkin dapat dipastikan muncul hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan. Kita bisa menanyakan sebanyak mungkin pertanyaan kepada pengguna, dan membuat dokumen analisis kebutuhan yang sangat terperinci dan lengkap, untuk kemudian menemukan bahwa apa yang kita tulis dalam dokumen tersebut ternyata tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pengguna yang sebenarnya.



Lalu, apa yang bisa kita lakukan agar apa yang kita bangun bisa semendekati mungkin dengan apa yang dibutuhkan? Rahasianya sebenarnya terletak pada hal sederhana yang mungkin seringkali kita anggap remeh, yakni komunikasi. Bangun relasi yang erat dengan pengguna. Jangan sebut pengguna dengan kata “mereka”, tetapi jadikan pengguna sebagai bagian dari tim. Bagian dari “kita”.

Kemudian yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara kita berkomunikasi. Kata-kata tidaklah cukup. Pernyataan lisan bahkan tulisan seringkali tidak mampu mengekspresikan secara lengkap apa yang ada di benak pengguna, sehingga memungkinkan terjadinya salah persepsi. Sebuah gambar bermakna ribuan kata. Gambarlah diagram atau model, yang berfungsi sebagai cetak biru dari sistem yang akan kita bangun. Setelah itu, buatlah prototype. Jika kita hendak membangun gedung, setelah kita membuat rancangan arsitektur dalam bentuk cetak biru, apa yang kita lakukan sebelum membangun gedung yang sebenarnya? Kita membuat maket gedung tersebut. Demikian juga jika kita ingin membangun mobil, kapal laut atau pesawat terbang, kita tentu membuat model/prototype-nya terlebih dahulu. 




Pembuatan prototype adalah suatu keharusan dalam dunia rekayasa/engineering. Jika untuk membuat objek yang kelihatan saja kita perlu membuat cetak biru dan prototype, apalagi untuk membangun sistem yang tidak kelihatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar