Divide et impera? Apakah kita akan membahas sejarah
pendudukan Belanda? Bukan, kita justru akan belajar Biologi!
Kita mungkin masih ingat sewaktu sekolah dulu ada salah satu
topik mata pelajaran Biologi yang berkaitan dengan penggolongan atau pembagian
jenis makhluk hidup. Kita mungkin ingat dengan nama Carolus Linnaeus, seorang
naturalis Swedia yang berusaha mengelompokkan semua biota yang hidup di bumi
baik di atas daratan maupun di kedalaman laut menurut persamaan dan perbedaan
karakteristik yang dimiliki oleh makhluk hidup tersebut dibandingkan dengan
makhluk hidup lain. Sebagai contoh semua hewan yang memiliki karakteristik menyusui
dikelompokkan dalam Mamalia. Tingkat penggolongan makhluk hidup mulai dari yang
tertinggi Domain, kemudian Kingdom, lalu Filum (untuk hewan) atau Divisi (untuk
tumbuhan), Kelas, Ordo, Famili, Genus, dan akhirnya Spesies.
Penamaan ilmiah
makhluk hidup mengambil 2 tingkat klasifikasi terbawah, yakni genus dan
spesies. Seperti contoh kita manusia memiliki nama ilmiah Homo sapiens. Pengklasifikasian
ini dikenal dengan istilah taksonomi, berasal dari kata Yunani taxis
yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan.
Carolus Linnaeus kemudian dikenal sebagai bapak taksonomi modern.
Lalu bagaimana dengan konten informasi yang ada
di dalam suatu institusi/perusahaan? Apakah perlu diklasifikasi seperti ini?
Tentu saja. Seperti halnya makhluk hidup, konten informasi dalam suatu perusahaan
memiliki banyak keragaman. Yang paling mudah dilihat adalah formatnya, ada yang
berbentuk teks, gambar, dokumen atau multimedia. Namun sesuai namanya, yang
dilihat adalah konten/isinya, bukan formatnya. Sebagai contoh dokumen SOP untuk
pengajuan cuti, dokumen teknis instalasi mail server, dan dokumen laporan
keuangan, kesemuanya bisa saja memiliki tipe yang sama yakni dokumen MS Word
atau PDF, namun pasti memiliki isi, tujuan dan pengguna yang berbeda. Mirip
dengan pengklasifikasian buku perpustakaan, yang tidak digolongkan menurut
ukuran buku atau apakah hard cover atau soft cover, namun berdasarkan isinya.
Taksonomi dalam konteks ECM (enterprise content management) sebenarnya
adalah penciptaan struktur organisasi dari konten informasi perusahaan, yang
sedikit banyak akan mengacu pada struktur organisasi perusahaan itu sendiri.
Misalkan dalam suatu perusahaan terdapat divisi HR, IT, dan Finance maka dalam
implementasi portal sebagai ECM akan mengelompokkan konten informasi ke dalam
ketiga kelompok tersebut. Secara struktural, portal akan memiliki 3 sub portal,
masing-masing untuk setiap divisi, dan jika melihat contoh ketiga dokumen pada
uraian sebelumnya, maka dokumen SOP akan masuk ke sub portal divisi HR, dokemen
teknis mail server ke sub portal IT, dan dokumen laporan keuangan ke sub portal
Finance. Ini adalah model taksonomi yang paling mudah dan gamblang.
Selain mengikuti struktur organisasi, pada perusahaan yang
lebih bersifat lintas fungsional dimana aktivitas banyak bersifat project lintas
divisi, maka taksonomi dapat juga dilakukan berdasarkan project. Jika lokasi
perusahaan tersebar di beberapa lokasi, taksonomi dapat berdasarkan
lokasi/cabang. Perusahaan manufaktur yang memproduksi sejumlah produk dapat
menambahkan taksonomi menurut produk.
Pada intinya, taksonomi harus dirancang sesuai dengan
kebutuhan pengguna dan selaras dengan aspek anatomis/struktural dan fungsional dari perusahaan. Taksonomi yang tepat akan membawa manfaat yang besar, di antaranya
kemudahan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan, menempatkan informasi dalam
konteks, dan menciptakan relasi antar informasi tersebut. Jika ini sudah
tercapai, informasi dapat bertransformasi menjadi apa yang disebut sebagai knowledge
(pengetahuan). Dan seperti pepatah mengatakan: Knowledge
is power. Pengetahuan adalah kekuatan, yang akan membedakan perusahaan terdepan dari kompetitor di belakangnya.